Pariwisata Yogyakarta dan Bali Menurun Semenjak Pandemi Virus Corona

Industri pariwisata tengah lesu menghadapi pandemi COVID-19 yang sedang mewabah. Banyak tempat wisata ditutup, penginapan ditutup, hingga transportasi umum yang biasanya digunakan melancong seperti pesawat dan kereta api dibatasi hanya untuk keadaan genting saja.

Daerah tujuan wisata dalam negeri paling populer yaitu Yogyakarta dan Bali ikut terdampak karena adanya virus tersebut. Pandemi menyebabkan jumlah wisatawan menurun sangat drastis.

Pengunjung di kawasan utama Malioboro mengalami penurunan sekitar 60-80 persen pada awal pekan bulan Maret 2020 ketika diumumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia.

Dikutip dari krjogja.com kerugian yang dialami sektor pariwisata DIY diperkirakan mencapai Rp67,04 miliar. Kerugian terbesar pada destinasi wisata alam/budaya sebesar Rp18,37 miliar. Posisi kedua ditempati hotel dan MICE (Meeting, Incentives, Convention, and Exhibition) dengan kerugian sebesar Rp11,22 miliar. Selanjutnya, destinasi wisata buatan sebesar Rp7,31 miliar, tour and travel Rp5,48 miliar dan yang terakhir desa wisata mengalami kerugian Rp4,27 miliar.

Untuk mendongkrak kunjungan wisatawan pada masa pemulihan Juli-Desember 2020, rencananya Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 DIY Bidang Ekonomi akan membuat gerakan kampanye pariwisata ‘Gempita’ kerjasama dengan media elektronik melalui video kampanye Jogja recovery. Kemudian, ada program farm trip dan atraksi wisata.

Ada yang unik di tengah perjuangan para pegiat pariwisata Yogyakarta. Lebih dari 65 hotel di Yogyakarta menyalakan lampu tanda cinta bertajuk ‘From Jogja with Love’ sebagai aksi solidaritas dan kepedulian terhadap pariwisata Yogyakarta. Bentuk simbol hati bisa dilihat melalui jendela hotel pada 4 April lalu pukul 19.00 hingga 21.00 WIB. Aksi tersebut diinisiasi oleh perhimpunan Hotel General Manager.

Aksi yang sempat viral di media sosial itu membawa misi empati, semangat energi kebersamaan dan harapan agar pariwisata Yogyakarta bangkit kembali. Hotel yang ikut serta antara lain Pesona Hotel Malioboro, Grand Aston Yogyakarta, Indoluxe Hotel Yogyakarta, Grand Ambarrukmo Yogyakarta, The Rich Jogja Hotel, dan masih banyak lainnya.

Pada era new normal, Pemda DIY menekankan level kualitas daripada kuantitas di sektor pariwisata. Pemda DIY memutuskan periode 1-31 Juli 2020 menjadi fase uji coba pembukaan sektor wisata dan UMKM. Keputusan itu diambil salah satunya untuk meminimalisir angka pengangguran baru akibat lamanya penutupan tempat wisata di kala pandemic COVID-19.

“Di DIY, pariwisata menjadi nafas bagi perekonomian. Sektor ini mampu menjadi penopang hampir seluruh kegiatan perekonomian khususnya UMKM,” tutur Tri Saktiyana, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretaris Daerah Pemda DIY.

Tidak jauh berbeda dengan Yogyakarta, Bali pun mengalami kerugian yang cukup besar.

“Jika dilihat dari masa tinggal para wisatawan di Bali per bulannya, maka kerugian pariwisata Bali per bulan di masa pandemi ini sekitar Rp9,7 triliun per bulan,” ujar Wakil Gubernur Bali, Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati dikutip dari kompas.com.

Dalam rangka mempercepat pemulihan di sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan menerapkan program CHS (Cleanliness, Health, and Safety). Bali sebagai pilot project dari uji coba program ini kemudian secara bertahap diaplikasikan di seluruh Indonesia.

Cleanliness mencakup keadaan bebas kotoran termasuk diantaranya debu, sampah, dan bau. Kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri pathogen, dan bahan kimia berbahaya. Health dilakukan dengan cara mendorong penggunaan teknologi dan perilaku yang ramah lingkungan serta sehat. Safety diartikan sebagai keadaan bebas risiko, bahaya, pencemaran, ancaman, gangguan yang bersifat permanen dan nonpermanen, fisik dan nonfisik di suatu tempat dan waktu tertentu dilansir dari dw.com.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga telah membuat program yang dibagi menjadi dua periode apabila kurva COVID-19 menuju datar. Bulan Juni-Oktober 2020 sebagai gaining confidence yang mencakup persiapan dan revitalisasi destinasi, perencanaan program promosi serta bantuan terhadap para pelaku pariwisata.

Selanjutnya, tahap appealing yaitu pembukaan destinasi pariwisata secara bertahap mengikuti protokol kesehatan yang ketat, promosi, penyelenggaraan event, MICE roadshow dan media campaign. Provinsi yang menjadi prioritas utama untuk program tersebut adalah Bali, Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Semua orang berharap pandemi ini cepat berakhir sehingga roda pariwisata dan perekonomian bergerak kembali. (Fatikha)


Sumber:

https://www.krjogja.com/berita-lokal/diy/yogyakarta/dampak-covid-19-pariwisata-diy-rugi-rp-67-m/

https://www.brilio.net/wow/15-potret-hotel-di-jogja-nyalakan-love-light-di-tengah-wabah-corona--2004059.html

https://travel.tempo.co/read/1359318/peringatan-ini-khusus-untuk-pelaku-wisata-yogyakarta/full&view=ok

https://regional.kompas.com/read/2020/05/13/17591091/dampak-pandemi-covid-19-pariwisata-bali-rugi-rp-97-triliun-tiap-bulan

https://www.dw.com/id/indonesia-kebut-pemulihan-pariwisata-lewat-program-chs-bali-jadi-pilot-project/a-53498969

https://www.baliprov.go.id/web/dinilai-baik-tangani-covid-19-bali-jadi-pilot-project-pemulihan-pariwisata-nasional/

Komentar

Postingan Populer