Sampah Medis Akibat Covid-19 Berpotensi Menjadi Ancaman Bagi Ekosistem Laut

Selama terjadinya pandemi Covid-19, penggunaan alat pelindung diri (APD) seperti masker dan sarung tangan menjadi sebuah kewajiban. Sayangnya, sampah medis yang dihasilkan berpotensi menjadi ancaman bagi ekosistem laut.


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan adanya peningkatan sampah plastik akibat pandemi Covid-19 yang tidak diolah dengan baik dan bermuara ke laut, kemudian menyebabkan pencemaran.


Hal ini serupa dengan yang disampaikan oleh kelompok konservasi laut Prancis, Opération Mer Propre, yang berhasil mendokumentasikan operasi pembersihan samudra di bawah laut Mediterania dan mengunggahnya ke halaman Facebook mereka.


Dalam penelusurannya, Opération Mer Propre menemukan adanya sampah medis berupa lusinan sarung tangan lateks, masker, dan botol hand sanitizer yang telah bercampur dengan kumpulan sampah lain seperti gelas sekali pakai dan kaleng aluminium.


“Ini akan menjadi polusi jika tidak segera ditangani,” ungkap Joffrey Peltier dalam The Guardian, 8 Juni 2020 yang dikutip dari Betahita.id.


Peltier juga mengungkapkan bahwa walaupun sampah medis yang ditemukan belum dalam jumlah besar, tapi ini dapat menjadi awal mula dari tipe polusi terhubung pandemi corona.


Pencemaran laut yang terjadi akibat banyaknya sampah medis ini dapat menjadi ancaman bagi ekosistem laut, seperti terumbu karang. 


Reza Cordova selaku peneliti Pusat Penelitian Oseanografi LIPI mengungkapkan apabila pengelolaan sampah dan limbah medis yang mengandung virus dan bakteri tidak dikelola dengan baik kemudian berakhir ke laut, dapat menyebabkan pencemaran yang sangat berbahaya.


“Saat ini keberadaan terumbu karang sudah sangat mengkhawatirkan karena adanya pencemaran sampah plastik di laut. Jika ditambah dengan pencemaran limbah medis keadaan rumah bagi biota laut dipastikan akan rusak,” ujar Reza yang dikutip dari greeners.co.


Sampah plastik dan limbah medis tersebut akan mengganggu terumbu karang dan biota laut secara langsung karena sampah dapat menjadi medium bahan pencemar lain seperti pestisida,  minyak, logam berat, bakteri hingga virus.


“Kita harus waspada, jangan sampai adanya Covid-19 ini meningkatkan kemungkinan kerusakan terumbu karang dan manusia,” ucap Reza yang dikutip dari greeners.co.


Sayangnya, regulasi terkait pengelolaan sampah medis belum dibarengi dengan sanksi penegakan hukum yang ketat. Hal ini menyebabkan sampah medis seperti masker dan sarung tangan tersebar di lautan.


Untuk menangani sampah laut ini, Novy Farhani selaku kepala Sub Direktorat Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Wilayah I Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengutamakan dua strategi, yaitu membersihkan pantai (coastal clean up) dan pemasangan jaring apung. Hal ini telah dilakukan sejak tahun 2017 hingga tahun 2019 di sepanjang 43 pantai dan terkumpul sampah sebanyak 51 ton.


Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat juga mengimbau masyarakat untuk membuang alat pelindung diri (APD) dengan benar. Hal itu termasuk dengan tidak membuang sampah masker, sarung tangan, tisu disinfektan, dan limbah medis lainnya ke tempat sampah daur ulang karena dapat terkontaminasi oleh patogen dan dianggap sebagai material berbahaya bagi kesehatan. (Mellinda)


Sumber:

https://betahita.id/news/lipsus/5347/sampah-medis-akibat-corona-jadi-polusi-baru-di-laut-.html?v=1591906425

https://www.greeners.co/berita/terumbu-karang-terancam-oleh-sampah-medis-akibat-covid-19/

https://kumparan.com/kumparansains/menuju-new-normal-corona-sampah-masker-dan-sarung-tangan-ancam-lautan-1taQqeWfDEe/full 

Komentar

Postingan Populer