Sangkut Paut Iklim Kala Pandemi Covid-19

Semenjak adanya pandemi COVID-19 yang melanda dunia, berbagai sektor terdampak keberlangsungan aktivitasnya baik dampak positif maupun negatif. Mulai dari transportasi, pendidikan, ekonomi, kesehatan, pariwisata, bahkan lingkungan.

Berbagai kebijakan dilakukan setiap negara untuk mengatasi penyebaran wabah tersebut. Beberapa daerah di Indonesia menerapkan sistem PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), salah satunya Kota Jakarta. Kota tersebut dikenal dengan kualitas udaranya yang tidak sehat. Ketika PSBB diterapkan, kualitas udara di Kota Jakarta membaik.

Ketika industri, transportasi, dan perusahaan tutup jumlah emisi karbon udara menurun. Dilansir dari BBC.com peneliti sains berkelanjutan di Lund University Swedia, Kimberly Nicholas mempertimbangkan alasan mengapa tingkat emisi turun.

Transportasi menyumbang 23% dari total emisi karbon global. Angka emisi karbon global menurun di negara yang menerapkan pembatasan gerak warga sebagai kebijakan.

Pusat Penelitian Iklim dan Lingkungan Internasional di Oslo mencatat emisi global tahun 2020 diperkirakan turun sebesar 0,3%. Penurunan emisi berpengaruh terhadap perekonomian nasional bahkan global. Kemungkinan angka tersebut bisa naik tapi tidak sebesar saat krisis tahun 2008-2009 jika perekonomian difokuskan pada sektor energi terbarukan.

Pandemi COVID-19 mengurangi kadar emisi gas rumah kaca tetapi untuk sementara bukan pengganti dari tindakan iklim berkelanjutan.

Selain itu, COVID-19 berdampak pada masyarakat yang rentan terhadap perubahan iklim seperti kekurangan akses terhadap air bersih, sanitasi, dan fasilitas kesehatan yang kurang memadai. Dibatasinya akses masuk dari luar menyebabkan pasokan pangan maupun kesehatan ke daerah yang membutuhkan terhambat. Ancaman ini belum diketahui kapan berakhir dengan harapan segera ditemukan vaksin untuk wabah tersebut.

Dampak jangka pendek maupun jangka panjang perubahan iklim akibat pandemi COVID-19 sangat diperhitungkan oleh para ahli.

“Manfaat jangka panjang jika stimulus ekonomi dikaitkan dengan tujuan iklim atau jika orang-orang terbiasa menggunakan telekomunikasi. Dengan demikian menggunakan sedikit minyak di masa depan.” Jason Bordoff, mantan direktur senior Dewan Keamanan Nasional Amerika Serikat mengungkapkan di Foreign Policy Maret silam dikutip dari katadata.co.id.

Beliau juga mengungkapkan manfaat jangka pendek COVID-19 atas perbaikan iklim seiring dengan pembatasan penggunaan energi.

Pendiri Pasifik Institute, Peter Gleick menyatakan perbaikan iklim tidak berlangsung lama karena manusia akan kembali ke kehidupan normal selepas masa pandemi berakhir. (Fatikha)


Sumber:

https://katadata.co.id/berita/2020/04/08/jakarta-lakukan-psbb-atasi-covid-19-ini-dampaknya-ke-polusi-udara

https://www.bbc.com/indonesia/amp/vert-fut-52194438

https://warstek.com/2020/06/03/iklim-covid/

https://sukabumiupdate.com/detail/ototekno/iptek/68352-Turunnya-Emisi-Akibat-Pandemi-COVID-19-Tak-Cukup-Hentikan-Perubahan-Iklim

https://www.project-syndicate.org/commentary/covid19-lessons-for-climate-change-by-olivia-macharis-and-nadim-farajalla-2020-05/indonesian

Komentar

Postingan Populer